Dewasa ini menikah telah menjadi persoalan yang
sangat pelik dan besar bagi banyak pihak. Persoalan yang mengganjal
kemudahan dan kelancaran pernikahan tidak sebatas factor biaya
pernikahan yang besar saja. Dalam beberapa keadaan, persoalannya bahkan
berakar kepada faktor pemilihan dan penentuan calon pasangan hidup.
Banyak
pemuda kebingungan mencari gadis yang akan dijadikan calon istri. Dalam
zaman yang diwarnai oleh emansipasi wanita ala negara-negara kafir
Barat ini, mencari sosok calon istri yang baik pemahaman dan pengamalan
agamanya, baik akhlaknya, baik garis keturunan keluarganya
—syukur-syukur cantik wajahnya dan kaya harta— bukan pekerjaan mudah.
Para
gadis lebih pusing lagi. Jumlah kaum wanita yang lebih banyak dari
jumlah kaum pria merupakan sebuah persoalan tersendiri. Apalagi gadis
biasanya relatif pasif dan hanya menunggu bola. Maka memilih seorang
calon suami yang baik pemahaman dan pengamalan agamanya, baik akhlaknya,
baik garis keturunan keluarganya —syukur-syukur tampan wajahnya dan
mapan pekerjaannya— sungguh pekerjaan yang sulit.
Saking
sulitnya, terkadang menantikan kedatangan seorang pemuda muslim yang
rajin shalat lima waktu secara berjama’ah, tidak merokok dan bukan
pengangguran saja —kriteria yang sebenarnya tak muluk-muluk— butuh waktu
yang entah berapa lama, hanya Allah yang tahu.
Semua pemuda dan
gadis tentu berharap dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah dalam urusan
mendapatkan jodoh dan membangun ikatan rumah tangga. Banyak di antara
mereka bertanya-tanya kepada para kyai, ustadz dan murabbi (pembimbing
ruhaninya), tidak adakah doa dari Al-Qur’an atau hadits nabawi untuk
mendapatkan jodoh yang ideal dan sesuai dengan harapan?
Sebagai
agama yang memberikan panduan bagi seluruh aspek kehidupan manusia,
sudah tentu Islam mengajarkan doa yang ditanyakan tersebut.
Persoalannya, seringkali orang terpaku pada penyebutan lafal “istri yang
shalihah” atau “suami yang shalih” misalnya, sehingga merasa merasa
tidak ada doa dalam Al-Qur’an atau hadits nabawi yang secara khusus
berkaitan dengan permintaan kemudahan mendapatkan pasangan hidup yang
ideal.
Islam adalah agama yang memberi panduan dalam semua
persoalan kehidupan umat manusia. Perkara yang besar sampai perkara yang
kecil, urusan pengelolaan negara sampai urusan buang air kecil,
semuanya ada tuntunannya dalam Al-Qur’an dan as-sunnah.
Dalam
perkara-perkara yang bersifat baku dan tidak mengalami perubahan dengan
adanya perubahan tempat dan zaman, Islam memberi panduan yang sifatnya
rinci. Misalnya persoalan akidah, akhlak mulia dan akhlak tercela,
ibadah-ibadah ritual, hukum pidana, pernikahan dan yang berkaitan
dengannya, warisan dan yang berkaitan dengannya.
Adapun dalam
perkara-perkara yang bisa berubah mengikuti perubahan zaman dan tempat,
Islam memberi panduan secara global. Perinciannya diserahkan kepada
ijtihad ulama’ dan umara’ kaum muslimin. Misalnya teknis pengelolaan
politik, ekonomi, militer, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Nash-nash Al-Qur’an dan hadits nabawi memiliki sifat jawami’ al-kalim.
Maksudnya adalah lafalnya ringkas, namun maknanya sangat luas dan
mengandung pelajaran yang sangat dalam. Demikian pula halnya dengan
doa-doa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits nabawi, lafalnya
ringkas-ringkas namun maknanya sangat luas dan sudah mencakup semua hal
yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Meskipun berdoa itu
sifatnya bebas, dengan bahasa apapun dan lafal apapun sesuai kebutuhan
orang yang berdoa, namun Islam juga memberikan panduan kepada umatnya
untuk membiasakan diri berdoa dengan doa-doa yang bersifat jawami’ al-kalim.
Sepantasnya seorang muslim berdoa dengan doa-doa yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dan as-sunnah, karena lafal dan kandungan maknanya tentu lebih
baik dari doa-doa yang dirangkai dengan kata-kata kita sendiri, yang
biasanya lafalnya panjang lebar namun kandungan maknanya tidak luas.
Sekarang marilah kita perhatikan sebagian doa dalam Al-Qur’an dan as-sunnah yang menuntun seorang pemuda dan gadis untuk mendapatkan pasangan hidup yang ideal dan sesuai harapannya. Jika dikaji secara mendalam, bisa jadi akan banyak ditemukan doa-doa tersebut. Di sini kita akan menyebutkan sebagiannya saja yang mudah:
Pertama
Doa yang diajarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:Lafal kebaikan di dunia dalam ayat di atas adalah jawami’ al-kalim. Lafal kebaikan di dunia sudah mencakup calon istri yang shalihat, calon suami yang shalih, dan makna-makna lainnya.
Saat menjelaskan makna ayat tersebut, imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi berkata: “Doa ini telah mengumpulkan semua kebaikan di dunia dan menjauhkan dari semua keburukan di dunia. Karena kebaikan di dunia itu mencakup segala hal yang diinginkan di dunia, berupa kesehatan, rumah yang luas, istri yang baik (atau suami yang baik, pent), rizki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih, kendaraan yang nyaman, pujian yang baik dan lain-lainnya yang telah disebutkan dalam ungkapan para ulama tafsir. Tidak ada kontradiksi antara pendapat-pendapat mereka tersebut, karena semuanya termasuk dalam cakupan makna kebaikan di dunia.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/558)
Oleh karena begitu hebatnya doa ini, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selalu membacanya. Bahkan ia adalah doa yang paling banyak dibaca oleh beliau. Sebagaimana dituturkan oleh pelayan beliau, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
Kedua
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha:Dan aku berlindung kepada-Mu dari seluruh keburukan, yang disegerakan (di dunia) maupun yang diakhirkan (di akhirat), yang saya ketahui maupun yang tidak saya ketahui.” (HR. Ahmad no. 25019, Ibnu Majah no. 3846, Ibnu Abi Syaibah no. 29345, Ibnu Hibban no. 869, Abu Ya’la no. 4473 dan Ath-Thahawi dalam Syarh Musykil Al-Atsar no. 6026. Hadits shahih)
Kebaikan yang disegerakan di dunia dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas sudah mencakup istri yang shalihat dan suami yang shalih bagi orang yang telah menikah, juga mencakup calon istri yang shalihat dan calon suami yang shalih bagi orang yang belum menikah.
Keburukan yang disegerakan di dunia dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas sudah mencakup istri yang buruk dan suami yang buruk (baik dari segi ilmu agama, akhlak, harta, nasab maupun fisik) bagi orang yang telah menikah, juga mencakup calon istri yang buruk dan calon suami yang buruk (baik dari segi ilmu agama, akhlak, harta, nasab maupun fisik) bagi orang yang belum menikah.
Satu doa dari Al-Qur’an dan satu doa dari hadits di atas sebenarnya sudah mencukupi kebutuhan orang-orang yang menginginkan pasangan hidup yang bisa menemaninya dalam menggapai kebahagian dunia dan akhirat.
Jika setelah itu masih ingin memanjatkan doa-doa tambahan dengan lafal-lafal yang disusun sendiri atau disusun oleh kyai dan ustadz, misalnya, maka tidak mengapa. Sebaiknya selalu dilantunkan juga bagian akhir dari doa dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas yang berbunyi:
Saudaraku muslim dan muslimah di manapun Anda berada…
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada Anda pasangan hidup yang terbaik bagi Anda dan memudahkan Anda menggapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Amien.
(Sumber : arrahmah.com)
0 komentar:
Posting Komentar