Kalau diantara kita ada yang dikaruniai rezeki yang melimpah oleh Allah SWT, patutlah kiranya kita renungi kisah shahabat yang satui ini. Seorang sahabat yang dikaruniai limpahan harta oleh Allah SWT, lalu mengunakanya untuk membangun jalan tol menuju ridho dan jannah-Nya. Ketika mendengar ayat: “Kamu sekali-sekali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu nafkahkan maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran: 92) Dan Ayat: “Sesungguhnya Allah akan membeli dari orang-orang yang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh (itu telah terjadi) janji yang benar dari Allah di dalam taurat, Injil dan Al-Qur’an. Maka siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan maka itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 111) Abdurrahman Bin ‘Auf segera menafkahkan hartanya di jalan Allah. Dari Thalhah bin Abdillah bin ‘Auf ia berkata: “Orang-orang madinah bergantung kepada Abdurrahman Bin Auf, sepertiga dari mereka ia berikan pinjaman, sepertiga penduduk yang lain ia lunasi hutangnya, dan sepertiga yang lain ia sambungkan silaturahimnya.” Pada zaman nabi Muhammad SAW beliau menyedekahkan separuh harta yang dimilikinya saat itu, sebanyak 2000 dinar atau kurang lebih senilai 3,6 milyar 600 juta rupiah. 1 dinar sekarang seharga krang lebih 1,8 juta. Bahkan pada perang Tabuk, yaitu perang yang terakhir kalinya diikuti Nabi SAW, Abdurrahman bin ‘Auf menginfakan seluruh hartanya, ketika ditanya Nabi, “Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu?” beliau menjawab, “Ya, mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari pada yang saya sumbangkan” “Berapa” Tanya Rasulullah SAW, “Sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah.” Sebelum meninggal, beliau sempat berwasiat. Sebanyak 50.000 dinar (9,1 milyar rupiah) untuk dibelanjakan dijalan Allah. Beliau juga berwasiat untuk orang-orang yang ikut dalam perang Badar (saat itu jumlah mereka seratus orang), Abdurrahman Bin ‘Auf memberi setiap orang dari mereka 400 dinar, diantara mereka yang dibari adalah ‘Utsman bin Affan. Jika dikalkulasi berarti 100 x 400dinar = 40.000 dinar (7,2 Milyar rupiah). Jika wasiat maksimal 1/3 dari total harta, kemingkinan harta beliau pada saat itu sekitar 48 M. Selain itu Abdurrahman bin ‘Auf termasuk dari orang yang masuk islam pertama kali. Ia juga termasuk salah satu dari orang yang disebut dalam ayat ini, “Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon.” (Qs. Al-Fath : 18) Meskipun kaya, namun ‘Abdurrahman bin’Auf bukanlah sosok juragan yang hidup serba perlente dan gemar main mata dengan kekuasaan demi mendukung bisnisnya. Beliau bukanlah orang yang merasa harus beda dan ingin diperlakukan istimewa dari orang-orang lain karena harta dan dermanya. Zuhud dari dunia adalah pakaian yang basa beliau kenakan setiap hari. Dari Sa’ad bin Al-Hasan ia berkata, “Sulit membedakan antara Adburrahman dengan hamba-hamba sahayanya.” Maksudnya dari pilihan baju dan makanan. Soal kekuasaan, inilah jawaban beliau saat ditawari menjadi pemimpin tertinggi umat islam; Suatu saat Khalifah Utsman bin ‘Affan mimisan, maka ia memanggil Humran dan katakan kepadanya, “Tulislah surat untuk Abdurrahman bin’Auf agar ia menjadu pengantiku,’. Ketika Humran bertemu debngan Abdurrahman, ia berkata “Bergembiralah” “apa itu?” Tanya Abdurrahman. “Sesungguhnya ‘Ustman telah menetapkan mu sebagai pengantinaya.” Lalu Abdurrahman berdiri diantara kuburan Nabi dan Mimbarnya (raudhah), dia berdoa, “yYa Allah, jika karena petunjukmu ‘Utsman kepadaku untuk memegang perkara ini, matikanlah akau sebelum itu.” Setelah itu tidak bertahan enam bulan, beliau wafat, sebelum ‘Utsman meninggalkarena dibunuh. “Sebuah gunung telah pergi”, Ucap Saad bin Abi waqqos ketika berdiri dihadapan Abdurrahman bin ‘Auf. Seorang sahabat mulia yang telah ditetapkan meraih kebahagianan dan ampunan semenjak dari rahim ibunya. Anaknya sendiri meriwayatkan, dari Ibrahim bin Abdirrahman, ia berkata: “abdurrahman bin Auf pinsan dalam sakitnya sehingga orang-orang mengira nyawanya telah melayang. Merekapun meninggalkanya dan menutupi dengan kain. Tiba-tiba Abdurrahman sadar dan bertakbir, maka orang-orang yang ada didalam rumah ikit bertakbir. Kemudian ia berkata, “Apa tadi akau pinsan?” Orang-orang menjawab, “Ya benar”. Abdurrahman berkata, “Dalam pinsanku aku dibawa oleh dua orang laki-laki, salah satu dari dua orang itu terlihat kasar dan dan berwatak keras,. Keduanya berkata kepadaku, “Berangkatlah! Kami akan memperkarakanmu kepada yang Maha Perkasa, dan Maha dipercaya.” Lalu keduanya membawaku pergi. Bertemulah kami dengan seorang lelaki dan ia bertanya kepada keduanya, “kemana kalian akan membawa orang ini?” keduanya menjawab, “Kami akan memperkarakanya kepada yang Maha Perkasa, Maha Dipercaya.” Maka lakilaki itupun berkata, “Pulanglah kalian berdua!” Karena orang ini termasuk orang-orang yang ditetapkan Allah meraih kebahagiaan dan ampunan ketika masih di dalam rahim ibunya” Subhanallah. Inilah keutamaan yang diberikan Allah kepada Abdurrahman bin’auf. Kita memohon ampun kepada allah agar diberika jiwa dermawan sebagaimana beliau. Amin. Wallahua’lam.
0 komentar:
Posting Komentar