Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang tak luput dari berkembangnya kemajuan
teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin hari semakin canggih. Setiap
warga Indonesia bisa menggunakan berbagai fasilitas kemudahan menggunakan
barang-barang yang berbentuk alat elektronik tersebut. Remaja, adalah bagian
masyarakat terbesar yang sering menggunakan barang-barang ini. Harganya yang
semakin lama semakin terjangkau masyarakat membuat peningkatan pengguna barang-barang
canggih ini semakin lama semakin laris manis d pasaran, dari hp saja misalnya,
beberapa tahun belakangan, masyarakat yang tak sanggup membeli hp sekarang
sudah bisa menenteng manis benda canggih tersebut bahkan tak jarang merekapun
kini mampu membeli hp yang mempunyai fitur-fitur lebih canggih lainnya, tak
hanya mampu mengirim pesan teks ataupun menghubungi nomor seseorang, hp yang
mereka miliki sudah dilengkapi dengan fitur-fitur canggih seperti kamera,
pemutar musik dan video, internet, serta berbagai fitur canggih lainnya, tak
heran, hampir setiap remaja memiliki barang ini. Merekapun mampu mengakses
berbagai informasi yang terjadi di seluruh belahan dunia hanya menggunakan
barang berbentuk hp, dari mulai informasi sosial, budaya, ekonomi, pendidikan,
bahkan hiburan, mereka dengan mudahnya mengetahui berita apapun yang terjadi di
berbagai negara hanya dalam hitungan detik, dan tak hanya itu, merekapun bebas
memilih informasi apapun yang ingin mereka dapatkan. Alhasil, tak ada batasan
informasi bagi mereka melalui barang berteknologi ini.
Seiring dengan perkembangan
teknologi, informasi, dan komunikasi yang juga terjadi di Indonesia, akhirnya
memaksa lingkungan yang ada pun ikut mengalami perubahan. Masyarakat di desa
yang dulu begitu sulit ingin menonton televisi, bahkan biasanya hanya satu
rumah biasanya rumah kepala desa yang memiliki televisi di sebuah desa, kini
kita menjumpai hampir di setiap rumah sudah ada yang namanya televisi. Setiap
keluarga tak perlu harus berbondong-bondong pergi ke rumah kepala desa jika
ingin menonton tayangan televisi, mereka hanya tinggal duduk manis dan
menyalakannya di rumah mereka masing-masing. Semakin lamapun, berbagai
tayanganpun bertebabaran menghiasi layar kaca ini. Tayangan televisi yang
kebanyakan hanya menuruti rating pemirsa saja sehingga banyak tayangan yang
tidak mendidik bahkan seharusnya tidak ditayangkan. Semakin lama, masyarakat
pun mulai terbawa imbasnya, karena masyarakat mudah sekali meniru, merekapun
tak ayal menirukan apa yang mereka lihat dari tanyangan televisi. Contoh saja,
dahulu, pacaran masih dianggap tabu oleh masyarakat, sekarang, masyarakat malah
malu jika ada salah satu anaknya yang belum mempunyai pasangan sebelum menikah,
dan masih banyak contoh lainnya. Lingkungan yang seperti ini tak ayal membuat
remaja pun ikut arus di dalamnya, apalagi remaja adalah sosok yang sangat mudah
menyukai hal-hal berbau kekinian seperti kebudayaan-kebudayaan barat yang
biasanya sering ditampilkan di televisi.
Dua hal tersebut bisa menjadi
penyebab besar bagi degradasi moral remaja yang akhir-akhir ini semakin
mengkhawatirkan. Masa remaja yang sarat dengan coba-coba dan belum mengalami
tingkat dewasa menjadikan mereka begitu mudah terjerumus kepada hal-hal yang
sangat merusak baik bagi diri mereka sendiri, orang lain, ataupun lingkungan.
Kasus-kasus yang melibatkan remaja sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Sebut
saja tawuran bebas, pergaulan bebas, narkoba, bolos sekolah, video asusila,
bully, hilangnya rasa hormat kepada orang tua hingga kekerasan yang bahkan bisa
berakhir pembunuhan, serta terjabutnya rasa malu akan masyarakat. Kasus-kasus
yang dilakukan oleh remajapun semakin lama semakin meningkat berikut akibatnya
yang semakin parah. Semua orang saling tunjuk siapa yang paling pantas
disalahkan. Beberapa menyalahkan orang tua, beberapa menyalahkan masyarakat,
ada pula yang menyalahkan pemerintah, bahkan ada pula yang saling lempar dan
tunjuk kepada sekolah, teman-teman, lingkungan, dan tentu saja kepada pribadi
masing-masing remaja itu sendiri.
Siapakah yang paling pantas
disalahkan atas fenomena ini? Apakah benar memang remaja itu sendirilah yang
salah, yang tak bisa membawa dirinya sendiri dengan baik? Ataukah orang tua,
yang seharusnya memberikan pendidikan dan bimbingan yang baik bagi
anak-anaknya? Ataukah pihak lain? Semua pihak tentu saja bertanggung jawab
dengan semua masalah yang melibatkan remaja. Bagaimanapun, manusia adalah
makhluk sosial yang saling terkait antara satu dengan yang lain sehingga tak
mungkin dipisahkan. Sehingga, semua pihak harus saling membantu, bahu membahu
untuk bekerja sama dalam menangani kenakalan-kenakalan remaja yang sudah
semakin mengkhawatirkan. Remaja bukanlah seonggok batu ataupun sebongkah besi
yang tak bisa berubah, merekapaun mempunyai hati nurani yang bersih, setiap
hati pasti mempunyai kecenderungan untuk menerima dan melakukan hal-hal baik.
Untuk itu, sudah seharusnyalah kita saling bersatu untuk bersama-sama
memperbaiki semua ini.
Pembinaan Remaja Secara Intensif
Remaja adalah anak-anak yang sedang
bermetamorfosa dalam tahapannya menjadi orang dewasa. Tentu saja mereka
membutuhkan pembinaan yang sangat intensif, mereka yang masih dalam usia
sekolah sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh buruk yang datangnya begitu
mudah dan kuat. Jika mereka tidak dibina dengan baik, maka mereka akan sangat
rentan terpengaruh dengan pengaruh-pengaruh buruh yang akhirnya menyeret mereka
menjadi remaja yang tidak baik.
Pembinaan remaja
mampu dilakukan oleh semua pihak, namun akan lebih baik jika dilakukan oleh
aparat setempat. Pengaruh besar aparat setempat biasanya lebih kuat sehingga
para remaja akan lebih mudah dibina.
Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Banyak remaja yang putus sekolah
karena alasan ekonomi. Biaya sekolah yang semakin mahal membuat mereka harus
rela menanggalkan status pelajarnya dan menjadi pengangguran dini. Bagi mereka
yang mempunyai semangat positif, mereka akan mencari pekerjaan dan memilih
untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk masa depannya. Sebaliknya, bagi
remaja yang manja, mereka akan pasrah begitu saja dengan nasib yang menimpanya,
mereka bahkan akan melampiaskan kekesalan hidupnya dengan beralih dengan
kebiasaan-kebiasaan negatif. Namun, ternyata mencari pekerjaan di saat ini
semakin sulit. Apalagi persaingan semakin ketat. Hal ini memaksa para remaja
semakin terkurung diri dalam pelik hidup yang semakin sulit. Alangkah baiknya
pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para remaja, mereka tentu
saja mempunyai semangat juang yang tinggi dan remaja biasanya mempunyai
kreativitas yang tinggi dibanding dengan orang dewasa lainnya.
Membuat Perkumpulan Remaja
Masa remaja adalah masa berkumpul
sesama teman, saling berbagi cerita suka dan duka. Remaja lebih banyak
menghabiskan waktu bersama teman-temannya dibanding dengan keluarganya. Jika
tidak digiring dengan baik, maka kegiatan kumpul-kumpul sesama temannya ini
akan sia-sia saja dalam artian tidak ada kegiatan berarti bahkan bisa jadi
semakin lama ketika mereka jenuh dengan setiap pertemuan, mereka beralih dengan
kegiatan-kegiatan negatif seperti pergaulan bebas, pesta miras, dan narkoba.
Maka dari itulah, sangat penting membuat perkumpulan remaja yang memuat
kegiatan-kegiatan positif bukan hanya bagi diri mereka sendiri, namun bisa
berkontribusi untuk masyarakat. Perkumpulan remaja sudah banyak diadakan, baik
dalam lingkungan masyarakat ataupun sekolah. Di lingkungan masyarakat misalnya,
ada karang taruna dan remaja islam masjid. Di sekolah biasanya ada perkumpulan
osis, rohis, atau perkumpulan ekstra kurikuler. Namun, perkumpulan remaja ini juga
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik dari pihak sekolah ataupun pihak
masyarakat. Sehingga, keberadaan mereka mampu diakui dan semakin menambah
semangat positif mereka.
Penegakan Aturan yang Tegas
Banyaknya
kasus yang melibatkan remaja tak lepas dari penegakan aturan yang lemah. Remaja
seringkali merasa nyaman berbuat onar dan melanggar peraturan-peraturan karena
sama sekali tidak ada sanksi yang tegas untuk perbuatan mereka. Banyak aparat
yang sering masa bodoh dengan tindak-tindak kejahatan remaja. Untuk itulah,
perlu sekali menegakkan aturan yang tegas untuk remaja. Jika aparat begitu
tegas dan tidak ada toleransi bagi setiap pelanggaran, maka remajapun akan
semakin berpikir untuk melakukan kejahatan. Walaupun ada saja remaja yang masih
bandel untuk melanggar, namun jika aparat tetap konsekuen dan memegang komitmen
yang kuat terhadap penegakan aturan yang berlaku, niscaya pelanggaran dan
kejahatan remaja tingkat intensitasnya akan mampu ditekan.
Apapun, remaja adalah
usia anak-anak yang belum matang, masih sangat labil dan sangat rentan terhadap
apapun yang menyerang mereka. Untuk itulah, kerja sama dari semua pihak
sangatlah penting untuk mewujudkan kesadaran remaja menjadi remaja yang baik.
Semoga, remajapun semakin bisa membentengi diri mereka sehingga tidak mudah
terjerumus dalam tindakan-tindakan negatif yang bisa merusak dirinya maupun
orang lain dan lingkungan. Sehingga pengamalan kemanusiaan yang adil dan
beradab dalam sila keempat pancasila bisa dengan mudah diwujudkan